Upacara HUT RI ala Pecinta Sepeda Tua di Yogyakarta: Ontel menjadi Saksi Perjuangan

Para penggemar sepeda tua atau ontel di Yogyakarta menggelar upacara Kemerdekaan Republik Indonesia di Ndalem Yudhonegaran, Kota Yogyakarta, Minggu (17/8).

Selain membawa ontel kesayangan, berbagai komunitas sepeda tua di Yogya ini juga mengenakan pakaian unik mulai dari pakaian pejuang hingga pakaian Jawa.

Pengawasan,upacara dimulai sekitar pukul 08.00 WIB. Seperti upacara pada umumnya, inspektur upacara juga menginspeksi peserta upacara. Inspeksi dilakukan dengan menaiki sepeda ontel.

Ketua Paguyuban Onthel Djogjakarta (Podjok) Muntowil mengatakan komunitasnya rutin menggelar upacara kemerdekaan sejak tahun 2006. Tempatnya selalu berubah-ubah.

“Sejak 2006 melakukan upacara bendera dengan bersepeda. Tempatnya berpindah-pindah karena Yogyakarta kaya akan tempat-tempat yang heroik. Perlu kita sampaikan kepada masyarakat Yogyakarta bahwa kota ini kaya akan tempat-tempat yang perlu dikunjungi dan dilestarikan,” kata Muntowil.

Mengenai sepeda, Muntowil mengatakan alat transportasi ini banyak berperan dalam masa perjuangan. Sepeda sering digunakan dalam operasi intelijen termasuk mengirimkan surat-surat penting.

“Sepeda memiliki peran yang sangat penting. Sangat diam. Ada sepeda yang digunakan untuk melompat, ada yang digunakan untuk melewati jalan raya tentu dengan sangat gesit,” katanya.

“Salah satu mengirim surat penting dan logistik-logistik yang ada di berbagai daerah,” katanya.

Sepeda juga tidak pernah lekang oleh waktu. Sampai saat ini banyak warga Yogyakarta yang menjadikan sepeda sebagai alat transportasi. Tidak hanya sekadar untuk berolahraga.

“Kegiatan hari ini akan berkeliling kota. Kita bersatu dengan bersepeda,” jelasnya.

Pakaian Petarung

Ketua Komunitas Ontelis Djadoel Jogjakarta (Kodja), Jhon Oyok, mengatakan dia dan teman-temannya hadir dengan mengenakan pakaian pejuang.

Baju ini ada yang merupakan warisan dari kakek yang merupakan pejuang, ada pula yang menjahit sendiri.

“Kita selalu ikut merayakan dan meramaikan. Ini seragam pejuang. Kita tahu Yogyakarta adalah Kota Pejuang, Kota Sepeda. Semua anggota wajib memakai pakaian seperti ini untuk acara resmi,” kata Oyok.

Bicara tentang peran sepeda, Oyok mengakui bahwa peran sepeda sangat sentral dalam masa perjuangan.

“Bahwa ada sepeda untuk perjuangan. Dulu ada sepeda untuk dipreteli (dipotong) untuk terjun payung. Untuk perjuangan di zaman dahulu,” katanya.

Di rumah Oyok masih memiliki sepeda tahun 1930. “Ada di rumah. Iya saksi perjuangan,” katanya.