Rob Jetten, Wajah Baru Politik Belanda yang Menjanjikan

Jakarta, IDN Times– Dalam waktu kurang dari 2 tahun, Rob Jetten berhasil melakukan sesuatu yang nyaris tak terjangkau. Ia mengangkat partai sosial-liberal D66 dari posisi kelima menjadi pemenang pemilu di Belanda.

Pada usia 38 tahun, Jetten menjadi ikon generasi baru politisi Eropa, yang muda, penuh harapan, dan terbuka terhadap perubahan sosial.

Hasil pemilu belum diumumkan secara resmi, tetapi kantor berita Belanda ANP melaporkan bahwa Jetten telah memimpin. Lawan populerinya, Geert Wilders, tidak lagi mampu mengejar. Kedua partai diperkirakan meraih 26 kursi masing-masing, namun D66 unggul dalam dukungan masyarakat dan citra yang baik.

Keberhasilan ini tidak muncul begitu saja. Jetten telah lama membangun citra sebagai seorang politisi yang bersinar di tengah arus populisme yang memecah belah politik Eropa. Setiap malam, wajahnya tampil di layar televisi, menyampaikan pesan yang sederhana namun kuat, ‘Het kan wel’ yang berarti ‘Bisa kok’.

Slogan tersebut menjadi inti dari kampanyenya, mengingatkan masyarakat akan semangat Barack Obama dengan ‘Yes, we can.’ Dalam situasi politik yang gelap, gaya Jetten yang ramah dan penuh harapan terasa segar.

Bagi sejumlah warga Belanda, kemenangan Jetten bukan sekadar kemenangan politik, tetapi juga kemenangan harapan. Ia menunjukkan bahwa pesan yang positif dan penuh empati masih mampu unggul dalam lingkungan politik yang semakin keras.

1. Dari julukan ‘Robot Jetten’ menjadi simbol harapan yang baru

https://x.com/robjetten/status/1983948538901090338?s=46

Sebelum meraih kesuksesan besar ini, Jetten pernah dianggap remeh. Pada masa kampanye 2023, gaya berbicaranya yang kaku membuat media memberinya julukan ‘Robot Jetten’. Ia dinilai kurang mempunyai daya tarik dan tampil membosankan dalam debat umum.

Namun, pemilu 2025 menunjukkan perubahan besar. Dengan senyuman yang ramah dan pesan penuh harapan, Jetten berhasil memikat hati pemilih muda.

“Politik seharusnya tidak terkait dengan rasa takut, melainkan dengan harapan,” katanya dalam salah satu acara debat televisi.

Saat Geert Wilders membatalkan kehadirannya dalam acara umum karena alasan keamanan, Jetten justru mengambil alih. Peristiwa ini menjadi titik balik, di mana masyarakat melihatnya sebagai sosok yang siap dan berani.

Jetten juga memahami cara memanfaatkan media. Ia tampil dalam berbagai acara, termasuk kuis televisi.The Smartest Person, menunjukkan sisi ceria dan lucunya. Kehadirannya yang tetap di layar kaca membuatnya terasa dekat bagi masyarakat Belanda.

Perubahan wajah dari ‘robot’ menjadi seorang pemimpin yang memotivasi menunjukkan satu hal, yaitu dalam politik modern, keaslian dan empati bisa jauh lebih kuat daripada retorika yang keras.

2. Anak yang rajin membaca buku

https://x.com/RobJetten/status/1983657574764573096

Rob Jetten lahir dan tumbuh di Brabant, bagian selatan Belanda. Sejak kecil, ia dikenal sebagai ‘anak penggemar politik’ karena senang membaca berita dan menyaksikan debat parlemen melalui televisi. Setelah lulus, ia bekerja di perusahaan kereta api nasional, ProRail, sebelum memasuki dunia politik melalui partai D66.

Pada tahun 2017, Jetten terpilih menjadi anggota parlemen dan segera naik pangkat. Ia pernah menjabat sebagai Menteri Iklim dalam kabinet Perdana Menteri Mark Rutte. Namun, masa jabatannya tidak selalu lancar. Saat invasi Rusia ke Ukraina menyebabkan harga energi meningkat tajam, banyak kebijakannya mengalami hambatan.

Saudara-saudara separtainya pernah menganggap Jetten terlalu proaktif dalam memperjuangkan agenda iklim. Namun justru karena hal itulah ia dihargai sebagai seorang politisi yang tekun dan memiliki visi jangka panjang.

Kegagalan dalam pemilu 2023 menjadi momen perubahan. Ia hanya mampu membawa D66 meraih sembilan kursi, pencapaian terendah sepanjang sejarah partai tersebut. Namun, alih-alih menyerah, Jetten berusaha memperbaiki diri dengan belajar tampil lebih alami dan memperkuat pesan sosial-liberal yang mendukung kolaborasi.

Kini, bahkan para jurnalis yang sebelumnya menghina dia kaget juga. “Robot Jetten akan menjadi Perdana Menteri!” kata seorang wartawan saat hasil pemilu diumumkan. Dengan senyum yang lebar, Jetten menjawab, “Politik terkadang bisa berjalan dengan cara yang luar biasa.”

3. Tujuan utama untuk masa depan Belanda

Sebagai calon perdana menteri, Jetten memiliki visi yang berani. Ia menjanjikan penyelesaian terhadap krisis perumahan yang sedang dialami Belanda dengan membangun 10 kota baru.

“Kita membutuhkan mimpi besar yang baru. Belanda terlalu lama berada dalam keadaan stagnan,” ujarnya dalam wawancara setelah debat.

Ia juga menekankan pentingnya kerja sama antar partai serta gaya kepemimpinan yang tenang, berbeda dari pendekatan konfrontatif Wilders. Banyak analis menyebut Jetten sebagai versi lebih tenang dari mantan Perdana Menteri Mark Rutte.

Seperti Rutte, Jetten terkenal dengan semangat dan kerja kerasnya. Namun, ia lebih bersifat merenung dan hati-hati dalam berbicara.

“Jika Rutte banyak berbicara, Jetten lebih banyak mendengarkan,” ujar rekan kerjanya, Roy Kramer, kepada harianHet Parool.

Meski demikian, tantangan besar masih menanti. Masalah perumahan, tekanan inflasi, serta tuntutan lingkungan menjadi ujian yang nyata. Jetten perlu menunjukkan bahwa optimisme yang ia sampaikan bukan sekadar kata-kata.

Untuk sukses, dia memerlukan ketangguhan politik seperti mentor nya, Rutte yang dikenal sebagai politisi teflon yang mampu bertahan melalui empat kabinet yang berbeda.

Selain kariernya di bidang politik, Rob Jetten juga terkenal karena keberaniannya dalam menjalani hidup yang tulus dan asli. Ia mengakui dirinya sebagai seorang pria yang tertarik pada sesama jenis dan berpotensi menjadi perdana menteri pertama yang homoseksual dalam sejarah Belanda. Namun, ia menolak untuk menjadikan orientasi seksualnya sebagai inti dari identitas politiknya.

9 Fakta Mengenai Rob Jetten, Politisi Asal Belanda yang Menarik Perhatian di Media Sosial Demo Menolak Imigran di Belanda Berubah Jadi Keributan, Sampai ke Ruang Parlemen Fosil Java Man Dikembalikan, Menjadi Tanda Kekuatan Hubungan Indonesia-Belanda