Wagub Reny Ajak Dokter dan Masyarakat Bangun Sulawesi Tengah Sehat

Udara pagi di Lapangan Pogombo, halaman Kantor Gubernur Sulawesi Tengah, terasa lebih segar dibanding biasanya, Minggu (2/11). Ratusan dokter mengenakan kaus putih dan celana olahraga berbaris rapi, tersenyum di bawah sinar matahari yang mulai meninggi. Di tengah kerumunan tersebut, Wakil Gubernur Sulawesi Tengah,dr. Reny A. Lamadjido, Sp.PK., M.Kes., berjalan santai, menyapa rekan kerjanya satu per satu. Ia bukan hanya seorang pejabat pada hari itu, tetapi juga seorang dokter yang kembali ke rumahnya—Ikatan Dokter Indonesia (IDI).

Kegiatan Fun Walkacara yang diselenggarakan oleh IDI Wilayah Sulawesi Tengah bukan hanya sekadar kegiatan olahraga bersama. Di balik langkah-langkah ringan di rute Pogombo–Ahmad Yani–Samratulangi–Moh. Hatta–Ahmad Dahlan dan kembali ke Pogombo, tersimpan pesan penting: meningkatkan kesadaran akan gaya hidup sehat serta solidaritas sesama tenaga medis di provinsi yang masih menghadapi ketidakseimbangan akses layanan kesehatan antarwilayah.

Kesehatan bukan hanya berkaitan dengan rumah sakit atau pengobatan. Ia merupakan gaya hidup, perhatian, serta kebahagiaan bersama,ujar Dr. Reny di hadapan para peserta. Suaranya nyaring, namun lembut. Ia berbicara bukan dari panggung kekuasaan, melainkan dari ruang empati seorang dokter yang sudah lama memahami betapa beratnya dunia kesehatan di daerah.

Wakil Gubernur yang juga baru saja terpilih sebagaiKetua IDI Wilayah Sulawesi Tengahhal itu menunjukkan bahwa pembangunan kesehatan tidak akan pernah berhasil tanpa partisipasi masyarakat. Pemerintah, menurutnya, dapat membangun rumah sakit dan membeli alat kesehatan, tetapi semuanya itu tidak akan cukup tanpa kesadaran masyarakat untuk menjalani kehidupan yang sehat. “Keberhasilan sektor kesehatan dimulai dari rumah, yaitu dari cara kita mengonsumsi makanan, tidur, beraktivitas, serta saling mendukung satu sama lain,” tambahnya.

Pada kesempatan tersebut, ia memberikan apresiasi kepada tenaga kesehatan yang telah menghidupkan program “Berani Sehatsebuah gerakan lokal yang mendorong warga untuk aktif menjaga diri dan sekitarnya. Program tersebut, menurutnya, merupakan wujud nyata dari perubahan kecil dalam dunia kesehatan: mengubah pola pikir darimengobati menjadi mencegah“Semangat ini harus tetap bertahan di setiap hati tenaga kesehatan di Sulteng,” ujarnya.

Namun, di tengah semangat tersebut, dr. Reny juga menyadari kenyataan yang menyedihkan di lapangan: masih banyak rumah sakit di kabupaten yang kekurangan dokter spesialis. Oleh karena itu, ia membawa berita yang menarik—kemitraan antara Pemerintah Provinsi Sulteng dan Universitas Hasanuddin (Unhas) yang akan memberikan kesempatan bagi50 peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) pada tahun 2026. “Semua biaya pendidikan akan ditanggung oleh Kementerian Kesehatan. Ini merupakan kesempatan emas bagi dokter muda yang belum berusia 35 tahun,” jelasnya.

Langkah-langkah afirmatif tersebut merupakan bagian dari strategi jangka panjang pemerintah dalam memastikan setiap rumah sakit memiliki tenaga medis yang lengkap, mulai dari ahli penyakit dalam hingga dokter anak. “Kami berharap dokter spesialis tidak hanya tersedia di Palu, tetapi juga di Banggai, Buol, dan Morowali,” ujar dr. Reny, menegaskan visi pemerataan layanan kesehatan di seluruh wilayah Sulawesi Tengah.

Sebagai Ketua IDI yang baru, dr. Reny juga merespons dengan rendah hati alasan di balik keinginannya kembali memimpin organisasi profesi tersebut. “Saya melangkah maju bukan karena posisi, melainkan karena ingin tetap berkontribusi. IDI adalah rumah bagi kita semua.“Ia juga mengajak rekan-rekannya untuk berkomunikasi langsung tanpa adanya hambatan birokrasi.” Jangan lihat saya sebagai Wakil Gubernur, tetapi sebagai rekan. Jika pesan belum dibalas, mungkin saya sedang rapat dengan Pak Gubernur,” katanya yang diiringi tawa hangat dari peserta.

Kegiatan Fun Walkbukan sekadar pawai kebugaran, tetapi simbol keterlibatan antara pemerintah dan profesi medis. Sepanjang jalan, warga Palu yang lewat ikut mengangkat tangan, beberapa bahkan turut berjalan. sebuah gambaran kecil tentang masyarakat yang mulai menyadari bahwa kesehatan bukan hanya urusan pribadi, melainkan perjuangan bersama.

Dan di akhir acara, ketika matahari sudah tinggi dan langkah mulai melambat, dr. Reny menutup dengan kalimat yang terdengar lebih seperti doa daripada pidato: “Sulawesi Tengah perlu dalam kondisi sehat, karena itulah tempat masa depan kita. Ayo kita bergerak bersama, karena perubahan dimulai dari langkah pertama.***