Tokoh Revolusi Sulsel Letjen Hertasning, Jalannya Rusak di Makassar

Tokoh Hertasning.

Jalan Hertasning di Makassar.

Jalan Hertasning paling sejuk. Tapi jalannya berlubang dan diplester blok.

Warga menyebut Jl Hertasning sebagai jalan komplek perumahan.

Rata-rata jalan kompleks perumahan di Makassar dipasang dengan blok paving.

“Jalan besar, penghubung Makassar-Gowa tapi seperti perumahan, dipaving,” kata seorang warga, Azis, Senin (28/7/2025).

Jalan Hertasning sudah bertahun-tahun rusak.

Kepala UPT Wilayah IV Dinas BMBK Sulsel Hasni menegaskan, Jl Hertasning-Aroepala akan diperbaiki tahun ini.

Karena lalu lintas harian di jalan ini tergolong tinggi.

“Iya memang lalu lintas tinggi. Jika di sana truk tidak banyak. Tapi beberapa ada lokasi bongkaran material,” kata Hasni, Selasa (15/7/2025)

“Itu sulit ditempuh karena banyak yang terkait, termasuk lurah juga. Terakhir jalan aspal sudah sangat lama. Memang perlu peningkatan,” kata Hasni.

Hasni menyebutkan ada dua model perbaikan jalan yang akan dilakukan pada Ruas Hertasning dan Aroepala.

“Menurut saya, di Aroepala akan dibeton, kemudian di Hertasning itu Aspal,” katanya.

Perkerasan beton memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan perkerasan aspal.

Meskipun secara biaya konstruksi relatif lebih mahal.

Perkerasan beton memiliki biaya perawatan yang rendah.

Kemudian masa pakai yang lebih lama, bisa mencapai 20 tahun.

Sementara daya dukung terhadap beban tinggi sehingga cocok untuk segala jenis pembebanan lalu lintas.

Pekerjaan beton juga lebih mudah dari segi bahan material.

Selain itu, jalan beton juga lebih tahan terhadap genangan air.

Untuk aspal itu sendiri secara kontur lebih halus dibanding beton, sehingga lebih nyaman bagi pengemudi.

Harganya cenderung lebih ekonomis.

Aspal di jalan juga lebih mudah diperbaiki jika terjadi kerusakan, berbeda dengan beton.

Pembuatan jalan aspal juga relatif lebih cepat.

Saat ini sepanjang jalan Hertasning-Aroepala masih mengandalkan aspal.

Secara saluran air sendiri, Hasni menyebut ruas jalan Hertasning sudah cukup memadai.

“Saluran air Hertasning sudah bagus. Sementara Aroepala belum memiliki saluran. Jadi kami sudah menyiapkan perbaikan untuk saluran (Jl Aroepala),” kata Hasni.

“Jika trotoar belum kita ekspos jauh. Tapi jalannya tidak diperlebar,” katanya.

Saat ini, terdapat empat lajur di sepanjang Jl Aroepala. Masing-masing dua jalur di kiri dan kanan.

Sementara di Jl Hertasning sebagian jalan sudah lebar dengan 6 lajur. Terdiri dari tiga lajur di sisi kiri dan tiga di kanan.

Untuk U-Turn itu sendiri, Hasni mengakui belum memutuskan mengenai perubahan titik.

Hanya saja menurutnya, jalan tersebut memang memiliki beberapa titik U-Turn

“U-Turn belum ditentukan reka ulangnya. Karena terlalu banyak bukaan di sana. Ada 9 U-Turn sepanjang Jl Hertasning-Aroepala,” jelasnya.

Tokoh Hertasning

Haeruddin Tasning Daeng Toro, salah satu dari 100 tokoh berpengaruh di tanah Daeng, Makassar.

Dia dikenal dengan sebutan Hertasning.

Dalam sejarahnya, Hertasning merupakan tokoh revolusi asal Sulsel.

Hertasning terlibat dalam perjuangan bersama TNI, saat itu masih bernama Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (Apris) di Makassar, setelah kemerdekaan.

Karier terakhirnya bersama TNI, Hertasning berpangkat Letnan Jenderal.

Namanya kini diingat dan diabadikan menjadi nama jalan di wilayah Kota Makassar, Sulsel, yaitu Jalan Letjen Hertasning.

Terletak di tengah kota, yang menghubungkan Makassar dengan Kabupaten Gowa.

Letjen Hertasning, lahir di Makassar pada tanggal 19 Desember 1922.

Putera kedua dari pasangan H Tasning Daeng Muntu dan Hj Bonto Daeng Kunjung.

Dia menghabiskan masa kecil di sebuah kampung di Makassar yang bernama Parangtambung.

Jejak pendidikannya, Letjen Hertasning menyelesaikan bangku sekolah dasar di SD Jongaya pada tahun 1929.

Dia kemudian melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi di Shakel School, setara dengan SMP.

Pada jenjang pendidikan sekolah menengah atas, Letjen Hertasning bersekolah di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) Makassar.

Sebuah sekolah dibangun oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1927.

Letjen Hertasning juga memiliki hubungan erat dengan kampung di tepi Sungai Jeneberang, Kabupaten Gowa.

Tepatnya di Kampung Taeng, yang berlokasi tidak jauh dari Kota Sungguminasa.

Di sana kedua orang tua tinggal.

Namun saat itu, Letjen Hertasning muda memilih menumpang di rumah seorang pedagang kayu yang bernama H Badong di Jalan Gunung Latimojong Makassar.

Setelah menamatkan SMA, Letjen Hertasning pergi merantau ke Bogor, Jawa Barat, pada tahun 1942.

Dia melanjutkan pendidikannya di Institut Pertanian Bogor (IPB).

Dia memilih IPB sebagai kampus, karena bercita-cita ingin memajukan sektor pertanian di kampung halamannya.

Sayangnya cita-cita tersebut harus terputus di tengah jalan karena kondisi keamanan pada masa itu tidak memungkinkan.

Perang gerilya meletus pada saat itu. Letjen Hertasning kemudian bergabung dengan barisan pemuda Sulsel dalam mempersiapkan Kemerdekaan RI.

Dia bergerilya bersama Kahar Muzakkar, Andi Ahmad Rivai dan Andi Mattalatta.

Mereka bergabung dengan pasukan Jenderal Soedirman di Klaten Jawa Tengah.

Di medan perang, Letjen Hertasning mengenal seorang wanita muda yang membantu merawat para pejuang terluka bernama Raden Ajeng Madahera, di Yogyakarta.

Madahera sendiri diketahui merupakan putri seorang pejabat daerah di Solo, bernama Raden Sugeng Persiswoyo.

Dari pernikahannya dengan Mahadera, Letjen Hertasning dianugerahi empat orang anak.

Tiga putra dan satu putri, yaitu:

1. Bambang Irawan Hertasning Daeng Irate.

2. Diah Herawati Hertasning Daeng Kebo

3. Burhanuddin Trianto Daeng Parumpa

4. Ahmad Rayendra Hertasning Daeng Rewa.

Riwayat Karier, Letjen Hertasning:

1. Komandan CPM Kodam VII Wirabuana di Manado (1951-1953)

2. Komandan CPM Kodam VII Wirabuana di Makassar (1953-1955)

3. Menempuh Pendidikan Sekolah Staf Komando Angkatan Darat (SSKAD) Cimahi, Jawa Barat (1955-1957)

4. Kepala Staf Kodam Sulawesi Selatan dan Tenggara (1957-1959).

5. Menempuh pendidikan kemiliteran di Fort Leavenworth, instalasi Angkatan Darat Amerika Serikat – Kansas AS (1959-1960)

6. Atase Militer Indonesia di Kairo Mesir (1960-1962)

7. Direktur Jenderal Pengamanan dan Hubungan Luar Negeri, Departemen Luar Negeri Republik Indonesia (1962-1966)

8. Kepala Komando Intelejen Negara (1966-1967)

9. Kepala Staf Pelaksana Kopkamtib Bidang Luar Negeri, Departemen Luar Negeri Republik Indonesia (1967-1973)

10. Duta Besar Indonesia untuk Australia (1973-1976)

11. Duta Besar Indonesia untuk Singapura (1976-1978)

Kisah singkat perjalanan hidup Letjen Hertasning ini diambil dari akun facebook, Sejarah Makassar 2. (*)