Jika Orang Palsu Semakin Melelahkan, Psikologi Ungkap 4 Sifat Unik yang Anda Kembangkan

– Bukan rahasia lagi, berurusan dengan individu yang tidak autentik bisa menguras tenaga. Seiring bertambahnya usia, tampaknya kelelahan ini semakin meningkat. Tapi tahukah Anda bahwa ini sebenarnya bisa menjadi tanda pertumbuhan dan kedewasaan Anda sendiri?

Psikologi telah mengungkap empat ciri khas yang sering dikembangkan oleh mereka yang merasa semakin lelah oleh ketidaktulusan seiring bertambahnya usia.

Dikutip dari geediting pada Selasa (5/8), dalam artikel ini, kita akan mempelajari karakteristik ini, memberikan perspektif baru tentang mengapa orang palsu mungkin lebih melelahkan Anda sekarang daripada sebelumnya. J

adi, jika Anda merasakan beban dari interaksi yang tidak mendalam, teruslah membaca, ini mungkin wawasan yang Anda butuhkan.

1) Emosi yang lebih baik dikembangkan

Bosan dengan orang-orang palsu bisa jadi menunjukkan kecerdasan emosional Anda yang meningkat. Kecerdasan emosional, juga dikenal sebagai EQ, adalah kemampuan kita untuk memahami dan mengelola emosi kita sendiri, serta mengenali dan memengaruhi emosi orang-orang di sekitar kita.

Ini adalah aspek mendasar dari hubungan yang mendalam dan bermakna. Seiring bertambahnya usia dan mengumpulkan lebih banyak pengalaman hidup, EQ kita cenderung berkembang. Kita menjadi lebih terbiasa dengan emosi dan niat orang lain, sehingga lebih mudah untuk melihat ketidakotentikaannya.

Kesadaran yang meningkat ini dapat membuat lebih sulit untuk berurusan dengan orang-orang yang tidak jujur dengan orang-orang yang tidak tulus hati dengan individu yang tidak ikhlas dengan orang yang tidak tulus dalam perbuatan dengan orang yang tidak tulus lagi. Ingat saja, fakta bahwa Anda merasa seperti ini bukanlah hal yang negatif, ini adalah tanda bahwa Anda berkembang secara emosional.

Anda mengembangkan pemahaman yang lebih dalam tentang perilaku manusia dan cenderung tidak menyukai kedangkalan. Ini adalah langkah positif dalam pertumbuhan pribadi, meskipun terkadang terasa melelahkan.

2) Kejujuran menjadi prioritas

Saya telah memperhatikan hal ini dalam hidup saya sendiri, seiring bertambahnya usia, kejujuran dan transparansi telah menjadi hal yang tidak bisa ditawar dalam hubungan saya.

Kembali di masa mudaku, saya tidak keberatan dengan pengkhianatan yang sesekali terjadi saya tidak keberatan dengan dusta yang sesekali muncul saya tidak keberatan dengan penipuan yang sesekali terjadi saya tidak keberatan dengan kebohongan yang sesekali terjadi saya tidak keberatan dengan kelicikan yang sesekali muncul atau cerita yang dilebih-lebihkan. Semuanya menyenangkan, kan? Tetapi seiring bertambahnya usia, saya menemukan bahwa saya semakin menghargai keaslian.

Saya menginginkan percakapan yang nyata, interaksi yang tulus, dan yang terpenting, kejujuran. Saya ingat suatu saat ketika seorang teman lama saya secara konsisten menutupi hidupnya di media sosial, menggambarkan citra sempurna yang saya tahu bukanlah kenyataan.

Menjadi melelahkan mencoba mendamaikan orang yang saya kenal dengan orang yang dia proyeksikan ke dunia. Akhirnya, hal itu membuat kami berpisah. Seiring bertambahnya usia, toleransi kita terhadap ketidaktulusan cenderung menurun.

Kita mulai menghargai kejujuran mentah daripada kebohongan yang dipoles. Pergeseran perspektif ini adalah ciri unik lain yang dikembangkan oleh kita yang menganggap orang palsu semakin menguras tenaga.

3) Perhatian menjadi cara hidup

Jika Anda merasa bosan dengan orang-orang palsu, itu bisa menjadi tanda bahwa Anda menjadi lebih perhatian. Perhatian penuh, praktik hidup sepenuhnya pada saat ini, sering kali menghasilkan kesadaran yang tinggi mengenai keaslian, atau ketiadaan-pada orang-orang di sekitar kita.

Perhatian penuh membantu kita melihat segala sesuatu sebagaimana adanya, tanpa pengaruh pengalaman masa lalu atau ketakutan di masa depan. Saat kita menjadi lebih hadir, kita menjadi lebih selaras dengan sifat asli dari interaksi dan hubungan kita.

Hal ini dapat membuat berurusan dengan ketidaktulusan menjadi lebih melelahkan. Dalam buku saya, “The Art of Mindfulness: A Practical Guide to Living in the Moment, saya mempelajari lebih dalam bagaimana mengembangkan mindfulness dapat meningkatkan kualitas kehidupan kita secara signifikan.

Ini memungkinkan kita untuk memotong kedangkalan dan terhubung dengan orang lain pada tingkat yang lebih mendalam. Ini merupakan indikasi hubungan Anda yang lebih dalam dengan diri sendiri dan dunia di sekitar Anda. Rangkul pertumbuhan ini dan lanjutkan perjalanan Anda menuju keaslian.

4) Intoleransi terhadap waktu yang terbuang sia-sia

Ada fase ketika saya menemukan diri saya terjebak dalam percakapan yang panjang yang tidak menambah nilai apa saja dalam hidup saya. Diskusi yang berkisar pada gosip, hal-hal yang dangkal, atau komitmen yang tidak terpenuhi.

Tetapi seiring berjalannya waktu, saya menyadari interaksi ini hanya menguras energi saya. Waktu kita sangat berharga, dan seiring bertambahnya usia, kita menjadi lebih sadar akan bagaimana kita menghabiskannya.

Kami mulai lebih memilih interaksi yang bermakna daripada obrolan yang tidak berarti. Intoleransi terhadap waktu yang terbuang ini adalah sifat lain yang mungkin Anda kembangkan jika Anda semakin lelah oleh orang-orang palsu. Tapi ingat, ini bukan tentang bersikap tidak ramah atau meremehkan. Ini tentang memilih untuk menghabiskan waktu dan energi Anda untuk interaksi yang benar-benar penting, bersama orang-orang yang menghargai keaslian sebagaimana Anda.