Polisi mulai menemukan titik terang dalam kasus kematian diplomat muda Kementerian Luar Negeri (Kemlu), Arya Daru Pangayunan (39).
Polda Metro Jaya telah memiliki hasil laboratorium forensik (labfor).
Arya Daru adalah seorang diplomat muda yang tewas dalam kondisi yang tidak biasa dan mencurigakan.
Hingga hari ini, penyebab kematianannya masih menjadi misteri.
Terbaru Polda Metro Jaya menyebut telah mengantongi hasil pemeriksaan labfor.
Demikian yang diungkap Kasubbid Penmas Bid Humas Polda Metro Jaya, AKBP Reonald Simanjuntak.
“Hasil laboratorium sudah keluar,” kata Reonald kepada wartawan, di Mapolda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Jumat (25/7/2025).
Namun, Reonald menjelaskan, penyidik masih melakukan proses sinkronisasi terhadap hasil tersebut.
Proses ini diperlukan untuk memastikan kesesuaian antara hasil laboratorium dengan alat bukti lain yang telah dikumpulkan.
“Sekarang masih dalam tahap sinkronisasi, kemudian mengumpulkan semua alat bukti untuk menemukan fakta sebenarnya,” kata dia.
“Nantinya, hasil lengkap akan disampaikan oleh Direktorat Reserse Kriminal Umum,” tambah Reonald.
Pendapat Kriminolog
Ahli kriminologi Universitas Indonesia (UI), Prof. Drs. Adrianus Eliasta Sembiring Meliala, M.Si., M.Sc., Ph.D, yakin penyebab kematian Arya Daru sudah diketahui.
“Saya kira kasus ini akan segera selesai, kita hanya menunggu waktu dan saya kira dari segi kesimpulannya sudah mulai kita ketahui,” Adrianus Meliala dalam acara On Focus di Tribunnews, dikutip pada Sabtu (26/7/2025).
Sebelumnya, Adrianus menyoroti penyebab kematian Arya Daru di kamar kosnya di kawasan Gondangdia, Menteng, Jakarta Pusat, pada 8 Juli 2025 diduga sebagai upaya bunuh diri.
Saat itu, penemuan jenazah Arya Daru dalam kondisi yang tidak biasa, di mana kepalanya terlilit lakban.
Pihak kepolisian diduga telah memengaruhi akhir penyelidikan kasus kematian Arya Daru.
“Karena sudah mulai dikondisikan oleh kepolisian,” lanjutnya.
Adrianus Meliala juga menyoroti rekaman kamera pengawas atau CCTV terkait kasus kematian Arya Daru.
Polisi melakukan analisis terhadap 20 rekaman CCTV dari berbagai lokasi terkait kasus kematian Arya Daru Pangayunan.
Puluhan CCTV merekam Arya Daru
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Ade Ary Syam Indradi mengatakan bahwa puluhan CCTV tersebut merekam rangkaian aktivitas Arya Daru sebelum ditemukan tidak bernyawa.
CCTV ini dimulai dari lingkaran terkecil dari lokasi kejadian, yaitu lingkungan kos korban, kemudian beberapa tempat yang pernah dikunjungi korban dalam 7 hari terakhir, lalu lokasi-lokasi lain, termasuk tempat kerja korban.
Melalui rekaman CCTV, Arya Daru diketahui pernah berada di atap lantai 12 gedung Kementerian Luar Negeri pada Senin (24/7/2025) sekitar pukul 21.54 WIB.
Arya diketahui berada di lokasi tersebut selama lebih dari satu jam. Dalam rekaman CCTV, ia tampak naik ke atap sambil membawa tas ransel dan tas belanja.
Namun, saat turun, rekaman CCTV menunjukkan tas-tas tersebut sudah tidak lagi dibawa oleh korban.
Terhadap hal ini, Adrianus Meliala mengaku marah karena pihak kepolisian tidak segera merilis rekaman tersebut setelah korban ditemukan tewas di kamar kosnya, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (8/7/2025) pagi.
Pria yang pernah menjabat sebagai Komisioner Komisi Kepolisian Indonesia (Kompolnas) ini menduga Polda Metro Jaya telah memiliki informasi tersebut jauh sebelumnya.
Baru saja informasi itu dirilis setelah tiga minggu (korban ditemukan tewas), padahal apakah informasi tersebut benar-benar diperoleh baru setelah tiga minggu dan kemudian baru diumumkan kepada kami, masyarakat umum? Saya menduga sebenarnya sesuatu yang diperoleh Polda (Metro Jaya) jauh sebelumnya.
“Namun, mengapa tidak segera dirilis? Baru ketika orang ramai menuntut agar Polda (Metro Jaya) segera memberikan informasi tentang penyebab kematian dan motif kematian, baru kemudian informasinya dikeluarkan,” lanjutnya.
Soal pita penghubung kuning
Kasubbid Polda Metro Jaya, AKBP Reonald Simanjuntak, mengatakan lakban kuning tersebut bukan dibawa oleh orang lain, melainkan milik Arya sendiri.
Reonald mengatakan pita kuning itu dibeli oleh Arya bersama istrinya, Meta Ayu Puspitantri, pada Juni 2025, di Yogyakarta.
“Dari keterangan saksi yang sudah diperiksa oleh tim penyelidik bahwa lakban kuning tersebut, berdasarkan keterangan dari istri korban saudari MAP, itu dibeli bersama-sama dengan istri korban pada bulan Juni di salah satu toko di Yogyakarta,” katanya, dikutip dari program Kompas Petang di YouTube Kompas TV, Sabtu (26/7/2025).
Reonald juga menyebut pita kuning masih ada yang tersisa dan ditinggalkan di rumah istri Arya di Yogyakarta.
Sisa pita tersebut, lanjutnya, akan diserahkan Meta kepada penyidik Polda Metro Jaya.
“Dan pita tersebut juga ditinggalkan oleh korban di rumah di Yogyakarta, yang akan diserahkan oleh istri korban kepada penyelidik untuk menunjukkan bahwa ini sama dengan yang ditemukan di TKP,” jelasnya.
Reonald mengungkapkan pita kuning tersebut sering digunakan oleh pegawai di Kemenlu ketika akan bertugas ke luar negeri.
Hal ini diketahui dari keterangan pegawai dan atasan Arya di Kemenlu.
Dia mengatakan pita kuning digunakan sebagai tanda barang-barang milik karyawan setibanya di bandara suatu negara.
Lakban kuning, berdasarkan informasi yang diperoleh tim penyelidik dari rekan kerja korban dan atasan korban, bahwa lakban kuning tersebut biasa digunakan oleh pegawai-pegawai Kemenlu ketika mendapatkan tugas ke luar negeri.
“Jadi, itu adalah pita kuning sebagai tanda di mana kemasan atau barang mereka terlihat jelas, karena warnanya mencolok, jadi mudah untuk menemukan barang-barang (pegawai) di suatu negara,” jelas Reonald.
Reonald juga menyatakan masih terdapat sisa pita yang melilit di kepala Arya. Dia mengatakan bonggol atau tempat pita kuning masih tertinggal di leher korban.
“Pada saat ditemukan kondisi jenazah (kepala) tertutup plastik dan terlilit lakban kuning serta masih lengket bonggolnya di sebelah kiri leher korban pada saat ditemukan,” jelasnya.
Reonald juga mengungkap isi tas dari Arya yang sempat dibawanya ke lantai 12 gedung Kemenlu pada malam 7 Juli 2025.
Dalam video yang diunggah di YouTube Kompas TV pada Sabtu (26/7/2025), Reonald menunjukkan dua buah foto, yaitu isi dan warna tas dari Arya.
Sementara tas tersebut berukuran cukup besar dan berwarna hitam.
Reonald mengungkapkan tas itu ditemukan di tangga 12 gedung Kemenlu oleh polisi.
Ia mengatakan tas itu ditemukan sehari setelah Arya ditemukan tewas di kamarnya.
“Satu hari setelah korban ditemukan, tim penyidik langsung mencari dan menemukan tas itu berada di samping tangga lantai 12,” katanya.
Reonald mengatakan, isi tas berupa catatan medis milik Arya.
Dia mengungkapkan catatan medis tersebut ditulis dengan tanggal 9 Juni 2025.
“Bahwa penyelidik menemukan catatan medis korban di salah satu rumah sakit umum di Jakarta yang bertanggal 9 Juni 2025,” jelasnya.
Tokoh Arya Daru
Arya Daru Pangayunan adalah seorang pria yang lahir di Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada 15 Juli 1986 atau saat ini berusia 39 tahun.
Mengutip dari akun LinkedIn pribadinya, Arya merupakan lulusan Fakultas Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada (UGM).
Sementara dia telah bertugas di Kemenlu sejak tahun 2014. Beberapa jabatan pernah diembannya, seperti sebagai staf di Kedubes RI di Yangon pada tahun 2011-2013.
Kemudian, Arya juga pernah menjabat sebagai secretary ketiga di Kedutaan Besar RI di Dili dan secretary kedua di Kedutaan Besar RI di Buenos Aires pada pertengahan 2018-2022.
Sebelum meninggal, dia menjabat sebagai diplomat muda ahli di Direktorat Perlindungan WNI Kemenlu.
Hal ini dikonfirmasi oleh Direktur Perlindungan WNI Judha Nugraha. Dia mengungkapkan Arya sering menangani isu perlindungan WNI.
“Selama ini beliau bertugas dalam menangani isu-isu perlindungan WNI,” katanya.
Sementara itu, hal tersebut dibuktikan ketika Arya pernah menulis kisahnya di salah satu media nasional saat memimpin pemulangan tujuh anak Pekerja Migran Indonesia Overstayer (PMIO) dari Taiwan pada Juli 2023 lalu.
Arya juga memiliki saluran YouTube dengan nama Arya Daru Pangayunan. Namun, dia sudah tidak aktif mengunggah video di saluran tersebut.
Dia terakhir kali mengunggah video saat akan terbang ke Buenos Aires bersama keluarga pada 17 Oktober 2020 lalu.
Arya juga memiliki minat di dunia otomotif dan menyelam. Hobi-hobinya tersebut sering diabadikan di akun Instagram pribadinya, @ddaru_chee atau di saluran YouTube-nya.
Di sisi lain, dia adalah menantu Guru Besar Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UGM, Basu Swasta Dharmmesta. Sementara, istrinya bernama Meta Ayu Puspitantri.
Sementara pernikahannya dengan Meta dikaruniai dua anak.
(/Tribun Medan/Tribunnews)