,Jakarta– Warga Desa Kepunduhan di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, aktif berkreasi membuat film-filmfilm pendek. Sejumlah karya dan sutradara dari DesaSinematografiitu adalah pemenang penghargaan di ajang festival lokal dan nasional. “Proses menuju masyarakat kreatif ini dimulai dari warga,” kata Firdaus Azwar Ersyad, dosen program studi seni rupa Fakultas Industri Kreatif Telkom University Bandung kepadaWaktu, Jumat 25 Juli 2025.
Azwar meneliti aktivitas warga pembuat film itu sejak 2023 hingga Maret 2025 hingga meraih gelar doktor di Universitas Negeri Semarang. Hasil risetnya menjadi bahan disertasi berjudulTransformasi Sosial Budaya Melalui Kreativitas Sinematografi di Desa Sinema Kepunduhan Kabupaten Tegal.
Desa Sinema Produksi Film Pendek
Menurutnya,Desa Sinemadibangun sejak 2013 oleh Sumarjo yang akrab disapa Marjo Klengkam Sulam yang berpengalaman di bidang tata artistik dalam industri film. Saat pulang kampung, dia memulainya bersama warga melalui kesenian teater kemudian beralih ke film. Karya film pertamanya tentang sosialisasi program pemerintah daerah, lalu menggarap film lainnya untuk ajang festival yang produksinya mulai gencar pada 2018. “Karya mereka termasuk dalam kategori film pendek yang durasinya 15-25 menit,” ujar Azwar.
FilmKrentegpada ajang Festival Film Tegal 2019, memborong penghargaan terpilih untuk sutradara Marjo Klengkam Sulam, poster film, film terfavorit, aktris Rita Riyani, dan actor Ghieffari Ardiansyah. Kisahnya mengadaptasi cerita pendek berjudulBerangkatkarya Akhmad Sekhu berdasarkan kisah nyata di Desa Jatibogor, Tegal. Sebuah film lain yang diproduksi Desa Sinema Kepunduhan berjudulKentheng, terpilih sebagai film fiksi kategori umum.
Pada festival serupa pada 2021, filmBrangasanmemenangkan kategori film terpilih, sutradara, serta poster. Sementara pada 2022 giliran filmSumirahmengangkat dua gelar yaitu ide cerita dan sutradara terbaik kategori umum. Sedangkan film pendek berjudulTegarmeraih juara pertama di kelompok informasi masyarakat se-Jawa Tengah. Kemudian karya film berjudulSabardisediakan di Festival Film Tegal 2023.
Libatkan Pemain Asli Tegal
Selain kisahnya yang lokal, bahasa dan dialek para pemain dalam film juga asli Tegal. Total sejak 2013 menurut Azwar,Desa Sinema Kepunduhantelah memproduksi lebih dari 20 film. Di sela pembuatan film yang sekitar dua judul per tahun, mereka juga membuat video pendek untuk konten di media sosial dengan gaya humor.
Komunitas Sinema Kepunduhan menurut Azwar menjadi wadah kreativitas dan ekspresi warga yang berkesenian. Dari awalnya 25 orang, kini melibatkan 125 warga sebagai kru film maupun pemain. Tidak hanya dari Kepunduhan, warga desa sekitarnya juga ikut bergabung. Meskipun dampak ekonominya dari film tidak dirasakan secara langsung oleh komunitas, kata Azwar, pengalaman dan keterampilan yang dimiliki anggota bisa menghasilkan pendapatan seperti dari pembuatan profil lembaga atau mendokumentasikan acara hajatan.
Legalitas Desa Sinema yang berbentuk yayasan sejak 2019 memungkinkan mereka untuk menerima dana bantuan dari pemerintah. Meskipun demikian, menurut Azwar, mayoritas biaya produksi filmnya berasal dari swadaya. “Saya bagi 80 persen, dari patungan juga kas dari penghargaan festival,” katanya. Biaya produksi film per judulnya berkisar antara Rp 15-20 juta.
Kini Kepunduhan juga dinobatkan sebagai Desa Bangga Budaya oleh pemerintah daerah Kabupaten Tegal dengan apresiasi berupa anggaran sekitar Rp 100 juta pada tahun 2024. Selain terus membuat film-film Azwar, komunitas telah mengembangkan tempatnya sebagai lokasi wisata edukasi sinema sehingga program kegiatannya semakin beragam.