Liputan Jurnalis, Ahmad Syarifudin
, SOLO –Ada momen menarik ketika Jokowi akan pergi ke Yogyakarta hari ini, Sabtu (26/7/2025).
Awalnya, kepada para jurnalis Jokowi mengatakan akan bertemu dengan saudaranya.
“Saya ingin ke Yogyakarta. Saya ingin menengok keluarga,” katanya.
Namun, saat pembicaraan berlangsung, tiba-tiba Iriana ikut menyampaikan pendapatnya.
Ia mengungkapkan rencana Jokowi yang sebenarnya.
“Inginkan reuni,” kata Iriana.
Mendengar perkataan Iriana, Jokowi kemudian hanya tersenyum dan mengakui.
Ia mengatakan ingin berkunjung ke saudara sambil melakukan pertemuan kembali.
“Inginkan melihat saudara sambil berkumpul kembali,” katanya sambil tertawa.
Diundang Panitia
Asisten Mantan Presiden Jokowi, Kompol Syarif Muhammad Fitriansyah mengungkapkan bahwa Jokowi hadir berdasarkan undangan dari panitia.
“Beliau menerima undangan dari panitia, dan insyaAllah akan hadir,” katanya.
Sementara itu, perdebatan mengenai isu ijazah palsu masih terus berlangsung.
Perkara dugaan pencemaran nama baik terhadap Jokowi karena tuduhan ijazah palsu telah mengakibatkan 12 orang menjadi terlapor yang diajukan ke Polda Metro Jaya. Salah satu di antaranya adalah mantan Ketua KPK Abraham Samad.
Jokowi juga menyampaikan bahwa pihaknya tidak secara langsung mengajukan nama-nama tersebut. Ia hanya melaporkan kejadian yang menurutnya menimbulkan fitnah terhadap dirinya.
“Yang saya laporkan adalah kejadian terkait dugaan pencemaran nama baik dan fitnah. Saya tidak melaporkan nama,” katanya saat diwawancarai di rumahnya, Jumat (25/7/2025) lalu.
Tudingan Ijazah Palsu
Kini mantan Presiden Jokowi tengah menghadapi isu mengenai ijazah yang diduga palsu.
Bahkan, ia melaporkan kejadian ini kepada pihak berwajib.
Sekarang kasus pelaporan terhadap Jokowi telah ditangani oleh pihak kepolisian.
Selain Joko Widodo (Jokowi), beberapa pihak lain juga diundang oleh penyidik dari Polda Metro Jaya ke Mapolresta Solo untuk menjalani pemeriksaan.
Salah satu pihak yang dipanggil untuk diperiksa adalah teman-teman Jokowi saat masih duduk di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 6 Solo.
Pemeriksaan tersebut dilaksanakan di Mapolresta Solo, di ruang yang sama seperti saat Jokowi hadir sehari sebelum Presiden RI ke-7 tersebut memenuhi pemanggilan penyidik, tepatnya pada hari Selasa (22/7/2025).
Dan pada siang hari Rabu, beberapa rekan sejawat Jokowi kembali ke Mapolresta Solo.
Maksudnya hanya untuk memberikan semangat kepada temannya itu.
Meskipun Jokowi meninggalkan Mapolresta Solo setelah diperiksa selama tiga jam, ia sempat berjumpa dengan rekan-rekannya yang sedang menunggu di lobi kantor polisi.
Sigit Hariyanto, salah satu teman sekelas Jokowi di SMA, menyatakan bahwa dirinya beserta dua rekan lainnya juga menerima surat undangan dari pihak penyidik Polda Metro Jaya untuk diperiksa sebagai saksi.
“Maka kami berempat semuanya adalah teman sekolah SMA pada masa itu hingga lulus,” kata Sigit.
Sigit menjelaskan bahwa pada Selasa kemarin, tiga teman Jokowi saat SMA juga dipanggil oleh penyidik untuk diberikan keterangan.
“Maka kemarin kami tiga orang telah melaksanakan pemeriksaan di-BAP (Berita Acara Pemeriksaan), sehingga statusnya adalah penyidikan yang dilakukan oleh Polda Metro Jaya,” ujarnya.
Dicecar 95 Pertanyaan
Pada pemeriksaan tersebut, setiap rekan sekolah Jokowi diwawancarai oleh penyidik dengan total 95 pertanyaan.
Jadi isi pertanyaan ini keseluruhannya berjumlah 95, yang pada dasarnya pertanyaan-pertanyaan tersebut berkaitan dengan saat itu kami semua merupakan siswa SMA 6 atau SMPP, sama seperti itu.
Maka pertanyaan itu apakah saudara mengenal Pak Jokowi, kami pasti menjawabnya sangat mengenal karena Pak Jokowi adalah teman kami dan lulus bersama-sama dengannya. Itu intinya, kemudian yang lain-lain berkaitan dengan keberadaan SMA 6. Ya, kami karena kami hanya siswa, ya kami hanya sekolah, belajar, mencari ilmu dan sampai selesai atau lulus bersama,
Sementara itu, teman sebangku Jokowi saat menempuh pendidikan di SMAN 6 Bambang Surojo menyampaikan bahwa ia yakin Presiden RI ke-7 tersebut adalah rekan sekolah mereka.
Bambang juga menjelaskan mengapa terdapat perbedaan nama antara SMAN 6 dan SMPP yang sempat menjadi perhatian banyak pihak.
Ia menjelaskan bahwa pada masa itu, dirinya dan teman-temannya yang akhirnya lulus sebagai siswa SMAN 6 Solo merupakan calon pendaftar di SMAN 5 Solo yang letaknya berdekatan.
“Pada masa itu, kami mendaftar ke sekolah tersebut di SMA Negeri 5 Surakarta, yang memiliki 11 kelas. Selanjutnya terjadi pengembangan sekolah, dari kelas 1 Satu hingga kelas 1 Enam berubah menjadi SMA 5. Sementara kelas 1 Tujuh hingga kelas 1 Sebelas menjadi SMA 6. Karena kelas 1 Tujuh hingga kelas 1 Sebelas masuk pada siang hari, maka disebut SMA 5 siang,” kata Bambang.
Itu tidak lain karena pada masa tersebut, pembangunan gedung sekolah yang dikenal sebagai Bambang masih berlangsung.
“Kemudian setelah ruang (sekolah) itu tersedia untuk kami, kami masuk pagi sehingga kami menjadi siswa SMPP atau siswa SMAN 6 Surakarta,” tambahnya.
Sigit menambahkan bahwa ijazahnya serta tiga temannya juga diambil oleh penyidik dari Polda Metro Jaya untuk proses hukum yang lebih lanjut.
“Surat keterangan juga kemarin disita oleh penyidik. Ada 5 surat keterangan sebagai bukti nantinya,” kata Sigit.
Tentang SMA Negeri 6 Solo dan SMPP
Mengenai perbedaan nama sekolah yaitu SMAN 6 Solo dan SMPP juga disampaikan oleh rekan Jokowi.
Bambang menegaskan bahwa hal tersebut merupakan kewenangan Kementerian Pendidikan RI.
“Terkait nama SMPP dan SMA 6 yang selama ini menjadi perdebatan dan diperbincangkan adalah kebijakan pemerintah. Dalam hal ini, menteri pendidikan dan kebudayaan pada masa itu, yaitu Pak Daud Yusuf,” jelasnya.
Bambang juga menjelaskan bahwa masa studinya termasuk Jokowi pada masa itu harus menempuh 7 semester atau 3,5 tahun dari kelas 1 hingga kelas 3 SMA akibat perubahan kurikulum.
Termasuk juga perubahan waktu yang bertambah 6 bulan, sehingga kami menikmati masa sekolah itu bukan tiga tahun tetapi tiga setengah tahun. Pada saat itu, ada sistem lama yang disebut Catur Wulan, setelah adanya perubahan waktu berubah menjadi Semesteran, sehingga ujian dilakukan setiap semester. Oleh karena itu, kami mengikuti 7 semester dan lulus pada tahun 1980. Lebih tepatnya, tanggal 30 April 1980 tercantum dalam ijazah,” jelas Bambang.
Bambang menegaskan bahwa dirinya adalah teman sebangku Jokowi selama lebih dari tiga tahun saat menempuh pendidikan di SMAN 6 Solo.
Dulu disampaikan oleh mas Sigit. Kemarin kami dimintai keterangan mengenai sejarah tersebut dan juga apakah benar Pak Jokowi adalah teman kami. Dia adalah teman kami sejak kelas 1 hingga 3, bahkan duduk satu meja dengan saya. Kami adalah saksi yang dapat dipercaya terkait kebenaran, sahnya, dan autentiknya pernyataan bahwa Pak Jokowi pernah sekolah di SMA Negeri 6 Surakarta,” tutur Bambang. (*)