— Fabrizio Romano terkenal sebagai jurnalis transfer yang paling dapat dipercaya di dunia sepak bola. Namun, meskipun Romano sendiri juga pernah melakukan kesalahan besar, khususnya dalam dua isu hangat yang melibatkan Barcelona.
Tidak lama yang lalu, Romano mengungkap dua kesalahan terburuk dalam perjalanan karier jurnalistiknya.
Dalam wawancara dengan YouTube Rising Ballers, ia mengakui pernah membuat kesalahan dalam melaporkan transfer Adrien Rabiot dan Georginio Wijnaldum ke Barcelona.
Menurutnya, kesalahan terjadi saat mengelola informasi tentang pemain yang berstatus bebas agen.
Romano mengatakan bahwa segala sesuatu dapat berubah sangat cepat dalam hitungan detik saat terlibat dengan pemain yang tidak memiliki klub.
“Kesalahan terbesar yang saya lakukan adalah dengan beberapa pemain agen bebas. Dengan mereka, kadang Anda bisa mengatakan kesepakatannya hampir selesai. Namun mungkin Anda perlu menunggu sedikit lebih lama karena dengan agen bebas, segalanya bisa berubah dalam lima detik,” kata Fabrizio Romano.
Pada kasus pertama, Romano mengakui telah memberitahu bahwa Adrien Rabiot akan pindah ke Barcelona setelah meninggalkan Paris Saint-Germain pada 2019.
Bahkan, ia mengatakan bahwa Rabiot telah menandatangani perjanjian prakontrak dengan klub besar Catalan itu.
Namun, kenyataannya transfer tersebut tidak pernah terjadi. Rabiot justru memutuskan pindah ke Juventus karena alasan yang tidak diterangkan lebih lanjut oleh Romano.
“Saya mengingat Adrien Rabiot dalam kondisi bebas transfer setelah meninggalkan PSG (pada 2019) dan dia mengajukan kesepakatan pra-kontrak dengan Barcelona,” kata Fabrizio Romano.
Itu dapat dilakukan saat dalam status bebas transfer, namun kesepakatan tersebut tidak selesai karena berbagai alasan. Akhirnya, Rabiot memilih untuk bergabung dengan Juventus.
Kesalahan kedua terjadi dalam kasus yang serupa ketika Georginio Wijnaldum dilaporkan hampir resmi bergabung dengan Barcelona pada 2021.
Pada saat itu, Romano mengatakan bahwa semua kesepakatan telah tercapai, termasuk kontrak selama tiga tahun dan jadwal pemeriksaan medis.
Namun, sekali lagi, semua rencana gagal dalam satu malam. PSG menawarkan gaji besar dan Wijnaldum langsung berubah pikiran dalam waktu 24 jam saja.
“Juga seperti Wijnaldum, hampir resmi bergabung dengan Barcelona. Kesepakatan hampir selesai, kontrak selama tiga tahun, semuanya sudah siap,” kata Fabrizio Romano.
Tes medis telah diatur dan PSG menawarkan gaji yang sangat besar pada malam hari, dan pemain tersebut memutuskan untuk pergi ke sana dalam waktu 24 jam.
Romano mengakui telah belajar dari dua pengalaman menyakitkan tersebut. Sekarang, ia lebih waspada dan tidak lagi mengumumkan kesepakatan hingga benar-benar ada tanda tangan resmi.
Dua kesalahan besar ini menjadi waktu untuk merenung bagi Romano dalam memperkuat kredibilitasnya sebagai jurnalis transfer.
Ia menekankan bahwa meskipun sumbernya dapat dipercaya, status bebas transfer membuat segalanya menjadi sulit untuk diprediksi.
“Jadi dengan agen yang bebas, saya sekarang mengubah cara pendekatan saya. Di awal karier saya, saya melaporkan hal tersebut ketika kontrak hampir berakhir, tetapi sekarang pelajaran yang saya ambil adalah untuk waspada hingga kontrak resmi ditandatangani,” ujar Fabrizio Romano.
Romano juga mengatakan bahwa kesalahan semacam ini sangat jarang ia lakukan lagi sejak saat itu. Ia lebih memilih menyimpan informasi hingga proses benar-benar selesai.
Selain dua nama tersebut, ada juga nama lain yang dikaitkan dengan Barcelona, tetapi tampaknya tidak akan terwujud, yaitu Jaden Philogene.
Romano pernah menyampaikan bahwa transfer bintang Hull City ke Camp Nou dalam kondisi sulit dan cenderung dibatalkan.
Melalui akun X (dulu Twitter), Romano menyatakan bahwa Philogene kini lebih fokus pada transfer ke Premier League. Tiga klub Inggris, yaitu Crystal Palace, Ipswich Town, dan Everton, bahkan telah mengajukan penawaran resmi.
“Perpindahan Jaden Philogene ke Barcelona kini terlihat sulit dan tidak mungkin karena ia lebih memilih bermain di Liga Primer,” kata Fabrizio Romano.
Diduga, tiga klub telah mengajukan penawaran kepadanya: Crystal Palace, Ipswich Town, dan Everton. Keputusan akan segera diambil.
Philogene memang menarik perhatian setelah mencetak 12 gol dan 6 assist dalam 32 pertandingan Championship musim lalu. Performanya menimbulkan ketertarikan dari berbagai klub besar Eropa, termasuk Barcelona.
Namun dengan pelatih baru Hansi Flick, Blaugrana tampaknya mulai beralih perhatian ke tujuan lain. Salah satu nama yang saat ini sedang diawasi dengan cermat adalah Nico Williams dari Athletic Club.
Meski isu mengenai Philogene belum secara resmi hilang, informasi dari Romano menyatakan bahwa Barcelona tidak lagi menjadi tujuan utama sang pemain sayap. Keputusan akhir mengenai masa depannya diperkirakan akan diumumkan dalam waktu dekat.
Dengan catatan dua kesalahan besar dan satu isu yang mulai meredup, masyarakat kini semakin memperhatikan secara lebih teliti setiap pembaruan yang diberikan Romano mengenai Barcelona.
Terlebih lagi, status sebagai agen bebas dan perubahan pasar membuat transfer semakin sulit diprediksi.
Romano tetap menjadi acuan utama di dunia jurnalistik sepak bola. Namun kesadaran akan batasan informasi menjadi pelajaran berharga bagi jurnalis selevel dengannya.
Di tengah dunia transfer yang dinamis dan penuh peristiwa mengejutkan, bahkan seorang ahli seperti Romano bisa membuat kesalahan. Pengalaman buruk terkait Rabiot dan Wijnaldum membuktikan bahwa kesabaran dan pemeriksaan akhir tetap menjadi hal yang paling penting.
Klub besar seperti Barcelona memang selalu menjadi sorotan setiap kali bursa transfer dibuka. Namun, dengan perubahan di dalam klub dan persaingan yang ketat, tidak semua isu bisa menjadi kenyataan.
Romano kini menerapkan pendekatan baru yang lebih hati-hati dalam melaporkan transfer. Prinsipnya sederhana: tunggu hingga semua hal benar-benar selesai.
Kesalahan merupakan bagian dari proses, bahkan bagi individu yang paling hebat. Namun yang membedakan adalah cara seseorang menyerap pelajaran dari kesalahan tersebut.
Fabrizio Romano telah menunjukkan bahwa ia tidak hanya ahli dalam menyampaikan informasi, tetapi juga bersedia mengakui kegagalannya.
Dua kesalahan besar yang pernah melibatkan Barcelona menjadi bukti nyata bahwa setiap informasi tetap perlu dihadapi dengan keraguan hingga semua hal resmi diumumkan.